Senin, 28 Juni 2010

Tidak Perlu Menilai Orang Lain

Alangkah lama saya menyadari, setelah sekian tahun menjadi seorang Buddhis, akan kenyataan dari ajaran ketiadaan (tanpa-diri). Saya tidak mengatakan bahwa saya telah memahami seluruhnya sampai saat ini, tapi saya mulai mengerti kesimpulan pengalaman dari ajaran tersebut.
Sebelumnya merupakan suatu kebiasaan bagi saya secara mental melabel orang-orang saat mereka berlalu lalang dalam hidup saya—“A pastilah tipe kepribadian 1… hmmm, sama sekali tidak begitu baik! B pastilah tipe 2… okay, lumayan.” Semua ini terjadi secara alami dalam pikiran yang tidak terlatih, berkeliaran dan terlalu cepat menilai.
Namun belakangan, beberapa teman dekat saya mengalami perubahan “drastis”. Orang yang saya kira telah saya kenal seumur hidupku bagaikan punggung tanganku tiba-tiba terlihat sangat tidak masuk akal. Seorang teman secara tak dinyana mendadak menjadi vegetarian hanya karena dia menyaksikan seekor ikan tergelepar hingga mati di sebuah restoran seafood. Pria ini pemakan daging “setia” sejak awal! Alasan positif menjadi seorang vegetarian dulunya tidak relevan untuknya! Dan teman yang lain cerai, dengan orang yang ia dan saya dari awal kira kelak akan menjadi pasangan hidupnya yang sempurna….
Tampaknya mengagetkan bahwa orang dapat berubah “hanya seperti itu”. Semacam menyentak indera saya—saya tidak benar-benar mengenali siapapun sama sekali. Saya tidak akan pernah benar-benar bisa! (Tetapi ada ketidak-berubahan sifat-Buddha di bawah semua ini.) Bahkan saya sendiri orang yang berubah-ubah yang seakan berkepribadian “tetap”.
Di pemikiran kedua, saya tersadar bahwa penginsyafan ini bisa amat sangat membebaskan. Saya tidak perlu melabel dan begitu menilai orang-orang lagi, karena hal tersebut sukar untuk selalu akurat. Tiba-tiba saya menjadi lebih terbuka dan siap memaafkan. Tidak ada kepribadian yang tetap di antara kita semua. Kita sepanjang waktu berubah. Sering sekali karena tidak mengerti kebenaran agung ini, kita terlibat konflik dengan orang lain. Well, manusia berubah. Janji dibuat, bahkan melalui pernikahan paling khidmat tidak dapat selalu bertahan hingga kematian memisahkan pasangan itu. Insyaf akan hal ini menciptakan hubungan yang murah hati dan hidup. Tidak ada seorangpun yang "seharusnya" seperti apa yang menurut penilaianmu terhadap karakter dia kemarin. Kita semua terlahir kembali dengan tiap pemikiran yang berubah. Tidak ada satu diri sama sekali yang tetap dalam keseluruhannya.
Menyadari akan hukum ketidakkekalan yang berlaku terhadap segala sesuatu tentu saja membebaskan. Serta merta, saya “dianugerahkan” seluruh dunia yang luas dan kesempatan tidak terbatas bagi diri saya sendiri untuk berevolusi dan berubah di luar batas pikiran penilai konseptual saya yang kecil. Tidak perlu kecewa oleh siapapun atau melekat pada siapapun. Bagaimanapun juga anda tidak benar-benar bisa mendefinisikan siapapun atau apapun dengan sempurna. Betapa kebebasan agung!

Source:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2330.0
The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), No Need to Judge, p.184-185

Tidak ada komentar:

Posting Komentar