Senin, 28 Juni 2010

Barang Hilang

Dikisahkan seseorang kehilangan suatu benda di dalam ruangan. Dia pun bergegas mencari benda yang hilang tersebut. Dia pun terus berupaya mencarinya, asik mencarinya di setiap sudut ruangan, namun belum menemukannya. Dia terus mencarinya hingga akhirnya dia kelihatan sibuk mencari hingga di luar ruangan. Temannya yang sedari tadi memperhatikannya menjadi heran, kemudian bertanya, Kenapa Anda mencari benda yang hilang tersebut sampai di luar ruangan? Bukankah Andan kehilangan benda tersebut di dalam ruangan?. Dengan cukup mantap dia menjawab, “Saya mencarinya di luar ruangan karena di dalam gelap!"

Bila kita perhatikan cerita tadi mungkin kita akan tersenyum mendengar kekonyolan tingkah orang yang diceritakan kehilangan bendanya, namun kalau kita mau merenungi cerita tadi lebih dalam dan merefleksikan pada diri kita maka akan terbesit sebuah renungan yang mencerahkan hati kita. Menyadarkan diri ini.

Sadarkah kita selama ini kita seperti orang yang konyol tadi? Sadarkah selama ini kita selalu disibukkan dengan selalu mencari? Mencari kebahagiaan, kita selalu disibukkan mencari harta kekayaan, mencari jabatan, mencari kemasyuran, mencari perhatian, mencari nama baik, mencari kesenangan hidup. singkatnya orang-orang sepakat menyebutnya dalam satu kalimat‚ “Mencari Kebahagiaan."

Namun apa yang kita dapatkan? Pencarian yang selama kita lakukan tidak ubahnya mirip kekonyolan orang yang diceritakan di atas. Kita terus mencari segala sesuatu yang membuat kita bahagia, namun hanya sesaat! Makanya kita hanya mengenal dan mengenang saat-saat bahagia (karena penderitaan selalu membayangi hidup kita).

Pencarian itu terus kita lakukan hingga jauh keluar dari diri kita sendiri. Pada pandangan (pengertian yang salah) yang membodohi dan menghibur diri kita. Pada penglihatan yang diharapkan memberikan kesejukan mata kita. Pada pendengaran yang membuai telinga kita. Pada aroma yang memanjakan hidung kita. Pada kecapan yang membangkitkan kerakusan kita. Pada sentuhan yang menggairahkan hasrat kita. Pada segala hal yang menggelapkan hati kita.

Kita tak puas-puasnya memanjakan diri kita. Siang hingga malam hari, selagi tidak terlelap dalam mimpi. (Bermimpi karena tidak bisa tidur dengan nyenyak). Ketika mentari muncul, semangat terpompa untuk kembali untuk mengulangnya. Ketika gelap tampak, kita belum juga terpuaskan. Kita kembali mencari kenikmatan.

Bahkan mencari jauh “terangnya cahaya itu". Dalam terang benderang kelipan cahaya yang kita ciptakan. Gemerlap lampu, hiruk pikuk suara musik, dalam dunia gemerlapan Kita mengabaikan makhluk lain (binatang lebih tahu waktu tidurnya) yang terpulas karena keterbatasan daya bertahan jasmaninya yang membutuhkan istirahat. Kita berusaha menciptakan yang menjadi keinginan kita untuk mencari “terangnya cahaya itu".

Mencari dan mencari kebahagiaan berlebihan? Tidak berujung? Hingga jauh keluar dari diri kita? Kenapa demikian? Mari kita renungkan.. Kita demikian karena hati kita penuh kegelapan. Hati dan pikiran kita sangat gelap. Digelapkan oleh kebodohan (ketidaktahuan tentang diri ini) Digelapkan oleh Kebencian ( menolak akan ketidaknyamanan yang kini harus kita alami) Digelapkan oleh keserakahan ( ingin selalu mengejar jauh dari yang kini harus kita alami) Kita hidup jauh dari kekinian. Tertutupi oleh pekat dan gelapnya hati ini. Akhirnya kita tidak menemukan yang kita cari. Dan tak akan pernah menemukan apalagi bila kita mencarinya di luar. Sadarkah akan diri ini sepenuhnya? Kebahagiaan ada dalam hati dan pikiran ini Insight.. Terangkan hati dan pikiran ini. Kebahagian pasti muncul dalam hati dan pikiran ini.


Sumber : www.bemindful.co.cc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar